Berawal
dari satu hobi kemudian menjadi teman akrab hingga merasakan perasaan yang
berbeda, kukira hal itu adalah hal yang terindah yang pernah kualami dan kukira
semua akan berjalan seperti biasa namun aku harus menerima kenyataan pahit
kalau ternyata dia menyimpan perasaan pada orang lain. Rasa sakit dan kecewa
yang harus kutelan bulat-bulat bahkan sebelum aku menyatakan padanya.
“hei,
ngapain liatin dia terus?” tanyaku dengan agak malas dan bosan karena sudah
beberapa kali aku melihatnya mencuri pandang pada teman sekelas kami. Dengan tetap
memegang pensil yang kugunakan untuk menggambar kutatap wajahnya dengan
pandangan bosan. Yang ditanya hanya pura-pura tak peduli seakan ia tak
melakukan hal itu.
“siapa?”
dengan gayanya yang sok cool dia malah membalas tatapanku dengan santai sembari
mengangkat satu alisnya.
“hhh
lupakan saja. Kau harus fokus untuk proyek kita, gaada waktu buat melirik cewek”
kulanjutkan kembali aktifitasku menggambar dan secara tidak langsung aku sengaja
melarang dia untuk kembali menatap gadis itu.
“ok,
cerewet” dia melanjutkan aktifitasnya lagi dengan gayanya yg santai
“huh
terserah” cibirku.
Dia
adalah Antaresa Rega, teman sekelasku yang selalu duduk didepanku. Dia menjadi
gandrungan para gadis satu sekolah, sikapnya cuek dan cenderung kerenlah yang
membuat para gadis menyukainya, wajahnya juga lumayan tampan. Dan aku adalah Kirana
Matahari. Gadis biasa saja yg memiliki kemampuan biasa dan tidak suka menjadi
pusat perhatian. Kami mulai akrab ketika kami mengetahui kalau hobi yang kami
sukai sama dan memulai suatu proyek yaitu membuat komik bersama. Awalnya aku
merasa tak bisa akrab dengan kepribadiannya itu apalagi aku cenderung pemalu
tapi bisa menjadi sangat berisik kalau sudah akrab dengan orang. Lama-lama aku
merasa sangat nyaman didekatnya, dia pun mulai terbuka dan tak sedingin dulu,
sampai akhirnya aku menyadari bahwa aku menyukainya dengan segala sikapnya yang
tak bisa ditebak itu. Juga ada kemiripan dengan nama kami, entah itu penting
atau tidak tapi itu membuatku sangat senang. Tapi kebahagiaanku harus
dipertanyakan karena ternyata dia menyukai gadis lain…
“kau
ga pulang?” tanyaku sembari merapikan buku ketika bel pulang sudah berbunyi
“nggak”
jawabnya singkat tanpa menatapku
“ada
kegiatan ekskul?” tanyaku lagi sambil memperhatikan wajahnya tanpa sadar dan
menghentikan kegiatanku
“nggak
juga” lagi-lagi jawaban singkat dan acuh. Kulihat dia pun dengan santai merapikan
bukunya namun matanya mengawasi murid-murid di kelas ini yang juga sedang sibuk
merapikan buku masing-masing. sebenarnya padangan itu ia manipulasi, aku tahu
siapa yang sebenarnya sedang ia perhatikan, aku tahu itu dan itu membuatku agak
sebal.
“ngomong
yang panjang dikit kenapa sih, lagian tatap mata orang dong kalo ada orang yang
lagi ngomong, uh!” akhirnya aku pun sedikit mengeluarkan rasa kesalku
“nah,
udah kan? Udah puas belom? Ahahahaha” Jantungku nyaris berhenti berdetak karena
tak kusangka dia akan menatapku bahkan selekat ini dengan matanya yang hitam
mengkilat, sangat menawan dengan alis matanya yang tebal dan juga garis wajah yang
tegas. Bahkan tatapan itu dibarengi dengan tawanya yang renyah dan berakhir
dengan senyumnya yang manis
“a…apa-apaan
sih kamu? Huh menggoda orang aja bisanya” karena tak menduga akan mendapat
perlakuan seperti itu akhirnya aku pun salah tingkah dan membuang muka. Mungkin
sekarang wajahku sudah semerah tomat yang ranum.
“ahahahaha
dasar tsundereeee” godanya karena melihat tingkahku. Uhhh lagi-lagi tawa itu
yang membuatku semakin jatuh cinta
“a..apaan
itu tsundere?” aku bertanya padanya sambil menahan rasa malu dan masih dengan
wajah semerah tomat
“apa
yaa? Hahahaha” Godanya lagi semakin menjadi. Ah sudahlah hentikan tawamu yang
menawan itu, jangan membuatku makin terperosok dalam cintamu.
“uh
serius tau! Aku pulang ah, kamu nyebelin! selamat mencuri-curi pandang sama dia
wek” akhirnya aku pun pulang sambil berlari cepat keluar kelas karena sudah
tidak kuat menahan rasa malu dan terlebih lagi debaran jantung ini. Tapi entah
mengapa terkadang kata-kata yang kuucapkan tak sama dengan hatiku. Dasar bodoh!
“iya,
hati hati” kudengar jawabannya dikejauhan yang semakin membuat jantungku
berdebar tak karuan. Perjalanan pulang ke rumah pun terasa begitu menyenangkan.
yap segitu dulu ceritanya nanti dilanjut lagi dan entah kenapa judulnya itu tapi yasudahlah jaa ne ;)